Minggu, 26 Mei 2019

Teknik Perawatan Mesin (tugas ke 2)


NAMA : Rizky Hari Triawan
 NPM    : 26416604
 KLS     : 3IC07




A. Perawatan Preventif.
Perawatan dilakukan dengan jadwal yang teratur, sehingga kadang-kadang disebut sebagai ”perawatan yang direncanakan” atau ”perawatan yang dijadwal”. Fungsi penting dari cara perawatan jenis ini adalah menjaga kondisi operasional peralatan serta meningkatkan kehandalannya. Tujuannya adalah menghilangkan penyebab-penyebab kerusakan sebelum erusakan terjadi. Perawatan yang terjadwal selalu lebih ekonomis daripada perawatan yang tidak terjadwal.
Pekerjaan perawatan preventif ini dilakukan dengan mengadakan inspeksi, pelumasan dan pengecekan peralatan seteliti mungkin. Frekuensi inspeksi ditetapkan menurut tingkat kepentingan mesin, tingkat kerusakan dan kelemahan mesin. Inspeksi berkala ini sangat
membantu pengecekan untuk menemui penyebab-penyebab yang menimbulkan kerusakan, dan juga untuk mempermudah usaha perbaikannya melalui tahapan-tahapannya.Perawatan prefentif mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mencapai tingkat kesiapan industri yang maksimum dengan mencegah kerusakan dan mengurangi periode waktu perbaikan  menjadi seminimum mungkin.
2.      Menjaga kondisi mesin sebaik mungkin untuk mempertahankan produk yang berkualitas tinggi.
3.      Memperkecil tingkat kerusakan dan menjaga nama baik industri.
4.       Menjamin keselamatan pekerja.
5.      Menjaga industri pada tingkat efisiensi produksi yang maksimum.
6.      Mencapai esmua tujuan tersebut dengan cara yang sangat ekonomis.

Pekerjaan-pekerjaan dasar pada perawatan preventif adalah:
inspeksi, pelumasan, perencanaan dan penjadwalan, pencatatan dan analisis, latihan bagi tenaga perawatan, serta penyimpanan suku cadang.

a.  Inspeksi. 
Pekerjaan inspeksi dibagi atas inspeksi bagian luar dan inspeksi bagian dalam. Inspeksi bagian luar dapat ditujukan untuk mengamati dan mendeteksi  kelainan-kelainan yang terjadi pada mesin yang sedang beroperasi, misalnya: timbul suara yang tidak normal, getaran, panas, asap dan lain-lain. Sedangkan inspeksi bagian dalam ditujukan untuk pemeriksaan elemen-elemen mesin yang dipasang pada bagian dalam seperti: roda gigi, ring, paking, bantalan dan lain-lain.
Frekuensi inspeksi perlu ditentukan secara sangat hati-hati, karena terlalu kurangnya inspeksi dapat menyebabkan mesin kerusakan yang sulit untuk diperbaiki dengan segera. Sedangkan terlalu sering diadakan inspeksi dapat menyebabkan mesin kehilangan waktu produktivitasnya. Dengan demikian frekuensi pelaksanaan inspeksi harus benar-benar ditentukan berdasarkan pengalaman, dan jadwal program untuk inspeksi perlu dipertimbangkan dengan matang.
Untuk inspeksi mesin dapat dikategorikan menjadi dua macam:
1.      Kategori mesin yang penting.
Mesin-mesin dalam kelompok ini sangat besar pengaruhnya terhadap jalannya produksi secara keseluruhan, sedikit saja terjadi gangguan akan memerlukan waktu yang lama untuk memperbaikinya. Untuk itu perlu diberikan penekanan yang lebih kepada inspeksi mesin-mesin tersebut. 
2.  Kategori mesin biasa.
Frekuensi inspeksi untuk kelompok ini tidak terlalu berpengaruh terhadap jalannya produksi.

b.  Pelumasan.
Komponen-komponen mesin yang bergesekan seperti roda gigi, bantalan dsb, harus diberi pelumasan secara benar agar dapat bekerja dengan baik dan tahan lama. Dalam pemberian pelumas yang benar perlu diperhatikan jenis pelumasnya, jumlah pelumas, bagian yang diberi pelumas dan waktu pemberian pelumasnya ini. 

c.  Perencanaan dan Penjadwalan.
Suatu jadwal program perawatan perlu disiapkan dan harus ditaati dengan baik. Program perawatan harus dibuat secara lengkap dan teperinci menurut spesifikasi yang diperlukan, seperti adanya jadwal harian, mingguan, bulanan, tiap tiga bulan, tiap setengah tahun, setiap tahun dan sebagainya. Suatu contoh bagan untuk jadwal perawatan preventif bisa dilihat pada gambar 1. 

d.  Pencatatan dan Analisis.
Catatan-catatan yang perlu dibuat untuk membantu kelancaran pekerjaan perawatan ini adalah:
1.  Buku manual operasi.
2.  Manual instruksi perawatan.
3.  Kartu riwayat mesin.
4.  Daftar permintaan suku cadang.
5.  Kartu inspeksi.
6.  Catatan kegiatan harian.
7.  Catatan kerusakan, dan lain-lain.
Catatan-catatan ini akan banyak membantu dalam menentukan perencanaan dan keputusan-keputusan yang akan diambil. Analisis yang dibuat berdasarkan catatan-catatan tersebut akan. membantu dalam hal:
Gambar 2. Contoh Chart untuk Jadwal Perawatan Preventif.

1.      Melakukan pencegahan kerusakan daripada memperbaiki kerusakan yang terjadi.
2.      Mengetahui tingkat kehandalan mesin.
3.      Menentukan umur mesin.
4.      Memperkirakan kerusakan mesin dan merencanakan untuk memperbaikinya sebelum terjadi kerusakan.
5.       Menentukan frekuensi pelaksanaan inspeksi.
6.      Menentukan untuk pembelian mesin yang lebih baik dan cocok berdasarkan pengalaman masa lalu.

e.  Latihan Bagi Tenaga Perawatan.
Untuk berhasilnya program perawatan preventif dengan baik, perlu adanya latihan yang mendasar bagi tenaga perawatan. Baik teknisi maupun pengawas harus terlatih dalam menjalankan pekerjaan perawatan, inspeksi dan perbaikan-perbaikan dengan cara yang sistematis.

f.  Penyimpanan Suku Cadang.
Sistem penyimpanan suku cadang memegang peranan penting yang berpengaruh terhadap efisiensi waktu produksi. Namun demikian berdasarkan pertimbangan dan pengalaman, untuk order dalam jumlah besar perlu ditentukan banyaknya suku cadang yang benar-benar dibutuhkan, karena penyimpanan suku cadang yang terlalu banyak dapat menimbulkan biaya yang besar. Banyaknya suku cadang yang dibutuhkan, ditentukan pula oleh faktor-faktor lain seperti sumber penyalurnya, waktu pengantaran dan persediaan suku cadang di pasaran.

       Keuntungan-keuntungan dari Perawatan Preventif
Berikut ini adalah beberapa keuntungan penting dari program perawatan preventif yang dilaksanakan dengan baik. 
·         Waktu terhentinya produksi menjadi berkurang.
·         Berkurangnya pembayaran kerja lembur bagi tenaga perawatan.
·         Berkurangnya waktu untuk menunggu peralatan yang dibutuhkan.
·         Berkurangnya pengeluaran biaya untuk perbaikan.
·         Penggantian suku cadang yang direncanakan dapat dihemat kebutuhannya, sehingga suku cadang selalu tersedia di gudang setiap waktu.
·         Keselamatan kerja operator lebih tinggi karena berkurangnya kerusakan.
Pekerjaan perawatan harus dilakukan berdasarkan pertimbangan dari berbagai faktor yang aman dan menguntungkan. Berikut ini adalah suatu contoh prosedur yang dapat dipakai untuk melakukan perawatan pada mesin.
Perawatan harian dapat dilakukan oleh  operatornya sendiri. Sebelum mulai bekerja pada mesin, terlebih dahulu operator melakukan pembersihan dan pelumasan terhadap mesin yang akan  dipakainya. Untuk pelaksanaan ini, industri mengeluarkan instruksi yang ditujukan kepada para operator untuk melakukan perawatan mesin. Instruksi ini harus ditaati dengan sungguh-
       sungguh.
Sedangkan pelaksanaan perawatan periodiknya, bisa ditangani oleh tenaga perawatan yang sudah dilatih secara khusus untuk tugas tersebut. Periode waktu perawatan ini perlu ditentukan berdasarkan pengalaman terdahulu untuk mempercepat keterangannya. Dalam hal
      ini instruksi pengoperasian mesin harus diikuti dengan benar oleh operator. Adanya kejadian yang tidak normal atau kelainan-kelainan yang timbul pada mesin dengan segera dilaporkan kepada tenaga perawatan agar gangguan dapat cepat diatasi. Tindakan perbaikan harus segera dilakukan, jangan sampai menunda waktu.

B. Perawatan Korektif
      Perawatan korektif adalah  tindakan perawatan yang dilakukan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan atau kemacetan yang terjadi berulang kali. Prosedur ini diterapkan pada peralatan atau mesin yang sewaktu-waktu dapat rusak. Dalam kaitan ini perlu dipelajari penyebabnya-penyebabnya, perbaikan apa yang dapat dilakukan, dan bagaimanakah tindakan selanjutnya untuk mencegah agar kerusakan tidak terulang lagi. Pada umumnya usaha untuk mengatasi kerusakan itu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
·         merubah proses
·         merancang kembali komponen yang gagal
·         mengganti dengan komponen baru atau yang lebih baik
·         meningkatkan prosedur perawatan preventif. Sebagai contoh, melakukan pelumasan sesuai ketentuannya atau mengatur kembali frekuensi dan isi daripada pekerjaan inspeksi.
·         Meninjau kembali dan merubah sistem pengoperasian mesin. Misalnya dengan merubah beban unit, atau melatih operator dengan sistem operasi yang lebih baik, terutama pada unit-unit khusus.
Perawatan korektif tidak dapat menghilangkan semua kerusakan, karena bagaimanapun juga suatu alat atau mesin-mesin yang dipakai lambat laun akan rusak. Namun demikian, dengan adanya tindakan perbaikan yang memadai akan dapat membatasi terjadinya kerusakan. 
Dalam pelaksanaan kerjanya, untuk mengatasi kerusakan dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan adalah tanggung jawab bersama dari bagian teknik, produksi dan perawatan. Secara umum, pengelolaan dan pengkoordinasian untuk penerapan program perawatan preventif adalah tanggung jawab manajer teknik dan perawatan. Gambar 6, menunjukkan skema untuk prosedur perawatan korektif.
Urutan prosedur untuk pelaksanaan perawatan korektif adalah sebagai berikut:
·         bagian pengoperasian membuat laporan kerusakan dengan deskripsi mengenai perawatan korektif yang diperlukan.
Gambar 3. Skema prosedur perawatan korektif.

·         Sebagai penanggung jawab pengelolaan dan pengkoordinasian fungsi perawatan preventif, manajer teknik dan perawatan menerima serta memeriksa semua laporan kerusakan. Sementara itu, aspek dari perawatan korektif perlu mendapat perhatian dari bagian teknik dan perawatan.
·         Laporan kerusakan diarsip oleh departemen untuk dikonsultasikan dengan manajer departemen secara khusus.
·         Setelah perencanaan dan penjadwalannya disetujui bersama oleh perencana dan manajer departemen, kemudian langkah selanjutnya adalah mengkoordinasikan pelaksanan perawatan korektif yang mencakup  persiapan lembar kerja yang diperlukan, dan apabila dibutuhkan menentukan pula prioritas tugas pada pekerjaan.
·          Pada akhir bulan, laporan analisis kerusakan bulanan harus dibuat dan didistribusikan sepuluh hari sebelum bulan berikutnya.  

C. DIAGNOSA MESIN PINCANG
         Mesin pincang dalam hal ini dimaksudkan terjadinya ketidak seimbangan antar silinder, sehingga mengakibatkan terjadinya getaran yang berlebihan pada mesin, dan juga berkurang tenaga output mesin. Seharusnya antar silinder tidak boleh sampai terjadi variasi yang berlebihan, namun karena berbagai penyebab terdapat satu atau lebih silinder yang tidak menhasilkan daya yang seimbang dengan silinder yang lainnya.

      Menghadapi kondisi mesin yang demikian, harus diketahui terlebih dahulu silinder-silinder yang paling lemah. Adapun caranya hidupkan mesin, satu persatu cabut kabel busi dan catat besarnya rpm mesin. Silinder yang kondisinya baik, saat dicabut kabel businya akan mengakibatkan putaran mesin turun drastis. Sebaliknya pada silinder yang mengalami kerusakan, saat dicabut kabel businya tidak menyebabkan penurunan putaran mesin. Sehingga apabila dalam melakukannya menggunakan tachometer, maka akan diperoleh data variasi putaran antar silinder. Sebab kepincangan suatu mesin, kadang tidak hanya karena kelemahan satu silinder, kadang lebih dari satu silinder.
        Berdasarkan data diatas, maka dapat diketahui lokasi atau silinder mesin yang lemah. Kelemahan silinder tersebut kemungkinan dua macam, kelemahan yang stabil atau terus menerus atau sekali waktu terjadi. Keduanya penyebabnya kemungkinan berbeda. Apabila kelemahan tersebut stabil, maka perlu diperiksa kondisi kompresinya, dan kondisi businya. Sedangkan apabila terjadi pada periode tertentu, kemungkinan besar hanya oleh sistem pengapian atau sistem bahan bakar. Atau dengan kata lain, kestabilan disebabkan oleh kondisi kerusakan yang stabil pula, sedangkan ketidak stabilan juga disebabkan oleh kerusakan yang tidak stabil. Penurunan tekanan kompresi misalnya pada berbagai kondisi relatif akan tidak berubah, sehingga dampaknya juga akan relatif tetap. Busi yang sudah retak isolatornya akan menyebabkan terjadinya kebocoran bunga api dibagian dalam, atau pada gap busi kadang tidak terjadi bunga api, sehingga kondisi ini akan menyebabkan output mesin yang tidak tetap pula.  
           Faktor lain yang kemungkinan menyebabkan adalah, tahanan kabel busi yang sudah terlalu tinggi. Tahanan kabel busi terdapat standardnya. Apabila berlebihan saat arus tegangan tinggi akan menggapai saluran masa yang lainnya. Contohnya, pada saat musim hujan, sering terjadi kendaraan kena air sedikit saja sudah macet. Hal ini disamping karena memang kondisi kabel sudah bocor, juga karena tahanannya sudah terlalu tinggi. Kondisi ini sekali lagi menyebabkan bunga api tidak kebusi namun mencari saluran massa yang lebih dekat. Kondisi ini akan membaik saat air yang membasahinya telah mengering.
           Kondisi permukaan kontak platina yang sudah berlebihan kotorannya, dapat menyebabkan ketidak stabilan besarnya bunga api pada busi. Kotoran akan menyebabkan besarnya tahanan yang terjadi, sehingga akan menyebabkan bervariasinya besarnya arus yang mengalir. Arus yang mengalir saat platina me- nutup adalah arus dari battery melalui lilitan primer coil. Arus ini berfungsi untuk menimbulkan arus induksi pertama sebesar 400 v, yang akan ditampung oleh kondensator. Sehingga apabila tahanan pada kontak plitina bervariasi, maka arus induksi yang dihasilkan akan bervariasi pula. Tahanan pada kontak platina semakin besar, arus induksi yang dihasilkan akan berbanding terbalik yaitu mengecil, sehingga bunga api listrik pada busi semakin kecil. Kondisi tahanan kontak platina ini, menimbulkan kepincangan yang variasinya sulit dilacak. Kadang terjadi sering kadang jarang. Dan sulitnya lagi gejalanya dapat berubah dari silinder satu ke silinder yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar