NAMA : Rizky Hari Triawan
NPM : 26416604
KLS : 3IC07
A. Perawatan Preventif.
Perawatan dilakukan dengan jadwal yang teratur, sehingga
kadang-kadang disebut sebagai ”perawatan yang direncanakan” atau ”perawatan
yang dijadwal”. Fungsi penting dari cara perawatan jenis ini adalah menjaga
kondisi operasional peralatan serta meningkatkan kehandalannya. Tujuannya
adalah menghilangkan penyebab-penyebab kerusakan sebelum erusakan terjadi.
Perawatan yang terjadwal selalu lebih ekonomis daripada perawatan yang tidak
terjadwal.
Pekerjaan perawatan preventif ini dilakukan dengan
mengadakan inspeksi, pelumasan dan pengecekan peralatan seteliti mungkin.
Frekuensi inspeksi ditetapkan menurut tingkat kepentingan mesin, tingkat
kerusakan dan kelemahan mesin. Inspeksi berkala ini sangat
membantu pengecekan untuk menemui penyebab-penyebab yang
menimbulkan kerusakan, dan juga untuk mempermudah usaha perbaikannya melalui
tahapan-tahapannya.Perawatan prefentif mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk mencapai tingkat
kesiapan industri yang maksimum dengan mencegah kerusakan dan mengurangi
periode waktu perbaikan menjadi
seminimum mungkin.
2.
Menjaga kondisi mesin
sebaik mungkin untuk mempertahankan produk yang berkualitas tinggi.
3.
Memperkecil tingkat
kerusakan dan menjaga nama baik industri.
4.
Menjamin keselamatan pekerja.
5.
Menjaga industri pada
tingkat efisiensi produksi yang maksimum.
6.
Mencapai esmua tujuan
tersebut dengan cara yang sangat ekonomis.
Pekerjaan-pekerjaan dasar pada perawatan preventif
adalah:
inspeksi, pelumasan, perencanaan dan penjadwalan,
pencatatan dan analisis, latihan bagi tenaga perawatan, serta penyimpanan suku
cadang.
a. Inspeksi.
Pekerjaan inspeksi dibagi atas inspeksi bagian luar dan
inspeksi bagian dalam. Inspeksi bagian luar dapat ditujukan untuk mengamati dan
mendeteksi kelainan-kelainan yang
terjadi pada mesin yang sedang beroperasi, misalnya: timbul suara yang tidak
normal, getaran, panas, asap dan lain-lain. Sedangkan inspeksi bagian dalam
ditujukan untuk pemeriksaan elemen-elemen mesin yang dipasang pada bagian dalam
seperti: roda gigi, ring, paking, bantalan dan lain-lain.
Frekuensi inspeksi perlu ditentukan secara sangat
hati-hati, karena terlalu kurangnya inspeksi dapat menyebabkan mesin kerusakan
yang sulit untuk diperbaiki dengan segera. Sedangkan terlalu sering diadakan
inspeksi dapat menyebabkan mesin kehilangan waktu produktivitasnya. Dengan
demikian frekuensi pelaksanaan inspeksi harus benar-benar ditentukan
berdasarkan pengalaman, dan jadwal program untuk inspeksi perlu dipertimbangkan
dengan matang.
Untuk inspeksi mesin dapat dikategorikan menjadi dua
macam:
1.
Kategori mesin yang
penting.
Mesin-mesin dalam kelompok ini sangat besar pengaruhnya
terhadap jalannya produksi secara keseluruhan, sedikit saja terjadi gangguan
akan memerlukan waktu yang lama untuk memperbaikinya. Untuk itu perlu diberikan
penekanan yang lebih kepada inspeksi mesin-mesin tersebut.
2. Kategori mesin
biasa.
Frekuensi inspeksi untuk kelompok ini tidak terlalu
berpengaruh terhadap jalannya produksi.
b. Pelumasan.
Komponen-komponen mesin yang bergesekan seperti roda
gigi, bantalan dsb, harus diberi pelumasan secara benar agar dapat bekerja
dengan baik dan tahan lama. Dalam pemberian pelumas yang benar perlu
diperhatikan jenis pelumasnya, jumlah pelumas, bagian yang diberi pelumas dan
waktu pemberian pelumasnya ini.
c. Perencanaan dan
Penjadwalan.
Suatu jadwal program perawatan perlu disiapkan dan harus
ditaati dengan baik. Program perawatan harus dibuat secara lengkap dan teperinci
menurut spesifikasi yang diperlukan, seperti adanya jadwal harian, mingguan,
bulanan, tiap tiga bulan, tiap setengah tahun, setiap tahun dan sebagainya.
Suatu contoh bagan untuk jadwal perawatan preventif bisa dilihat pada gambar 1.
d. Pencatatan dan
Analisis.
Catatan-catatan yang perlu dibuat untuk membantu
kelancaran pekerjaan perawatan ini adalah:
1. Buku manual
operasi.
2. Manual
instruksi perawatan.
3. Kartu riwayat
mesin.
4. Daftar
permintaan suku cadang.
5. Kartu inspeksi.
6. Catatan
kegiatan harian.
7. Catatan
kerusakan, dan lain-lain.
Catatan-catatan ini akan banyak membantu dalam menentukan
perencanaan dan keputusan-keputusan yang akan diambil. Analisis yang dibuat
berdasarkan catatan-catatan tersebut akan. membantu dalam hal:


Gambar 2. Contoh Chart
untuk Jadwal Perawatan Preventif.
1.
Melakukan pencegahan
kerusakan daripada memperbaiki kerusakan yang terjadi.
2.
Mengetahui tingkat
kehandalan mesin.
3.
Menentukan umur mesin.
4.
Memperkirakan kerusakan
mesin dan merencanakan untuk memperbaikinya sebelum terjadi kerusakan.
5.
Menentukan frekuensi pelaksanaan inspeksi.
6.
Menentukan untuk pembelian
mesin yang lebih baik dan cocok berdasarkan pengalaman masa lalu.
e. Latihan Bagi
Tenaga Perawatan.
Untuk berhasilnya program perawatan preventif dengan
baik, perlu adanya latihan yang mendasar bagi tenaga perawatan. Baik teknisi
maupun pengawas harus terlatih dalam menjalankan pekerjaan perawatan, inspeksi
dan perbaikan-perbaikan dengan cara yang sistematis.
f. Penyimpanan
Suku Cadang.
Sistem penyimpanan suku cadang memegang peranan penting
yang berpengaruh terhadap efisiensi waktu produksi. Namun demikian berdasarkan
pertimbangan dan pengalaman, untuk order dalam jumlah besar perlu ditentukan
banyaknya suku cadang yang benar-benar dibutuhkan, karena penyimpanan suku
cadang yang terlalu banyak dapat menimbulkan biaya yang besar. Banyaknya suku
cadang yang dibutuhkan, ditentukan pula oleh faktor-faktor lain seperti sumber
penyalurnya, waktu pengantaran dan persediaan suku cadang di pasaran.
Keuntungan-keuntungan dari Perawatan Preventif
Berikut ini adalah beberapa keuntungan penting dari
program perawatan preventif yang dilaksanakan dengan baik.
·
Waktu terhentinya produksi
menjadi berkurang.
·
Berkurangnya pembayaran
kerja lembur bagi tenaga perawatan.
·
Berkurangnya waktu untuk
menunggu peralatan yang dibutuhkan.
·
Berkurangnya pengeluaran
biaya untuk perbaikan.
·
Penggantian suku cadang
yang direncanakan dapat dihemat kebutuhannya, sehingga suku cadang selalu
tersedia di gudang setiap waktu.
·
Keselamatan kerja operator
lebih tinggi karena berkurangnya kerusakan.
Pekerjaan perawatan harus dilakukan berdasarkan
pertimbangan dari berbagai faktor yang aman dan menguntungkan. Berikut ini
adalah suatu contoh prosedur yang dapat dipakai untuk melakukan perawatan pada
mesin.
Perawatan harian dapat dilakukan oleh operatornya sendiri. Sebelum mulai bekerja
pada mesin, terlebih dahulu operator melakukan pembersihan dan pelumasan
terhadap mesin yang akan dipakainya.
Untuk pelaksanaan ini, industri mengeluarkan instruksi yang ditujukan kepada
para operator untuk melakukan perawatan mesin. Instruksi ini harus ditaati
dengan sungguh-
sungguh.
Sedangkan pelaksanaan perawatan periodiknya, bisa
ditangani oleh tenaga perawatan yang sudah dilatih secara khusus untuk tugas
tersebut. Periode waktu perawatan ini perlu ditentukan berdasarkan pengalaman
terdahulu untuk mempercepat keterangannya. Dalam hal
ini instruksi pengoperasian mesin harus diikuti dengan
benar oleh operator. Adanya kejadian yang tidak normal atau kelainan-kelainan
yang timbul pada mesin dengan segera dilaporkan kepada tenaga perawatan agar
gangguan dapat cepat diatasi. Tindakan perbaikan harus segera dilakukan, jangan
sampai menunda waktu.
B. Perawatan Korektif
Perawatan
korektif adalah tindakan perawatan yang
dilakukan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan atau kemacetan yang terjadi
berulang kali. Prosedur ini diterapkan pada peralatan atau mesin yang
sewaktu-waktu dapat rusak. Dalam kaitan ini perlu dipelajari
penyebabnya-penyebabnya, perbaikan apa yang dapat dilakukan, dan bagaimanakah
tindakan selanjutnya untuk mencegah agar kerusakan tidak terulang lagi. Pada
umumnya usaha untuk mengatasi kerusakan itu dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
·
merubah proses
·
merancang kembali komponen
yang gagal
·
mengganti dengan komponen
baru atau yang lebih baik
·
meningkatkan prosedur
perawatan preventif. Sebagai contoh, melakukan pelumasan sesuai ketentuannya
atau mengatur kembali frekuensi dan isi daripada pekerjaan inspeksi.
·
Meninjau kembali dan merubah
sistem pengoperasian mesin. Misalnya dengan merubah beban unit, atau melatih
operator dengan sistem operasi yang lebih baik, terutama pada unit-unit khusus.
Perawatan korektif tidak dapat menghilangkan semua
kerusakan, karena bagaimanapun juga suatu alat atau mesin-mesin yang dipakai
lambat laun akan rusak. Namun demikian, dengan adanya tindakan perbaikan yang
memadai akan dapat membatasi terjadinya kerusakan.
Dalam pelaksanaan kerjanya, untuk mengatasi kerusakan dan
mengambil tindakan korektif yang diperlukan adalah tanggung jawab bersama dari
bagian teknik, produksi dan perawatan. Secara umum, pengelolaan dan
pengkoordinasian untuk penerapan program perawatan preventif adalah tanggung
jawab manajer teknik dan perawatan. Gambar 6, menunjukkan skema untuk prosedur
perawatan korektif.
Urutan prosedur untuk pelaksanaan perawatan korektif
adalah sebagai berikut:
·
bagian pengoperasian
membuat laporan kerusakan dengan deskripsi mengenai perawatan korektif yang
diperlukan.

Gambar 3. Skema prosedur
perawatan korektif.
·
Sebagai penanggung jawab
pengelolaan dan pengkoordinasian fungsi perawatan preventif, manajer teknik dan
perawatan menerima serta memeriksa semua laporan kerusakan. Sementara itu,
aspek dari perawatan korektif perlu mendapat perhatian dari bagian teknik dan
perawatan.
·
Laporan kerusakan diarsip
oleh departemen untuk dikonsultasikan dengan manajer departemen secara khusus.
·
Setelah perencanaan dan
penjadwalannya disetujui bersama oleh perencana dan manajer departemen,
kemudian langkah selanjutnya adalah mengkoordinasikan pelaksanan perawatan
korektif yang mencakup persiapan lembar
kerja yang diperlukan, dan apabila dibutuhkan menentukan pula prioritas tugas
pada pekerjaan.
·
Pada akhir bulan, laporan analisis kerusakan
bulanan harus dibuat dan didistribusikan sepuluh hari sebelum bulan berikutnya.
C. DIAGNOSA MESIN PINCANG
Mesin pincang
dalam hal ini dimaksudkan terjadinya ketidak seimbangan
antar silinder, sehingga mengakibatkan terjadinya getaran yang berlebihan pada mesin, dan
juga berkurang tenaga output
mesin. Seharusnya antar silinder tidak boleh sampai terjadi variasi yang berlebihan, namun karena
berbagai penyebab terdapat satu
atau lebih silinder yang tidak menhasilkan daya yang seimbang dengan silinder yang lainnya.
Menghadapi
kondisi mesin yang demikian, harus diketahui terlebih
dahulu silinder-silinder yang paling lemah. Adapun caranya hidupkan mesin, satu persatu cabut kabel
busi dan catat besarnya rpm
mesin. Silinder yang kondisinya baik, saat dicabut kabel businya akan mengakibatkan putaran mesin turun
drastis. Sebaliknya pada silinder
yang mengalami kerusakan, saat dicabut kabel businya tidak menyebabkan penurunan putaran mesin. Sehingga
apabila dalam melakukannya
menggunakan tachometer, maka akan diperoleh data variasi
putaran antar silinder. Sebab kepincangan suatu mesin, kadang tidak hanya karena kelemahan satu
silinder, kadang lebih dari
satu silinder.
Berdasarkan data diatas, maka dapat diketahui
lokasi atau silinder mesin yang
lemah. Kelemahan silinder tersebut kemungkinan dua
macam, kelemahan yang stabil atau terus menerus atau sekali waktu terjadi. Keduanya penyebabnya
kemungkinan berbeda. Apabila
kelemahan tersebut stabil, maka perlu diperiksa kondisi kompresinya, dan kondisi businya. Sedangkan
apabila terjadi pada periode
tertentu, kemungkinan besar hanya oleh sistem pengapian atau sistem bahan bakar. Atau dengan kata
lain, kestabilan disebabkan
oleh kondisi kerusakan yang stabil pula, sedangkan ketidak stabilan juga disebabkan oleh
kerusakan yang tidak stabil. Penurunan
tekanan kompresi misalnya pada berbagai kondisi relatif akan tidak berubah, sehingga dampaknya juga
akan relatif tetap. Busi yang
sudah retak isolatornya akan menyebabkan terjadinya kebocoran bunga api dibagian dalam, atau
pada gap busi kadang tidak
terjadi bunga api, sehingga kondisi ini akan menyebabkan output mesin yang tidak tetap pula.
Faktor lain
yang kemungkinan menyebabkan adalah, tahanan
kabel busi yang sudah terlalu tinggi. Tahanan kabel busi terdapat standardnya. Apabila berlebihan
saat arus tegangan tinggi akan
menggapai saluran masa yang lainnya. Contohnya, pada saat musim hujan, sering terjadi kendaraan kena
air sedikit saja sudah macet.
Hal ini disamping karena memang kondisi kabel sudah bocor, juga karena tahanannya sudah terlalu
tinggi. Kondisi ini sekali lagi menyebabkan
bunga api tidak kebusi namun mencari saluran massa yang lebih dekat. Kondisi ini akan membaik
saat air yang membasahinya
telah mengering.
Kondisi
permukaan kontak platina yang sudah berlebihan kotorannya,
dapat menyebabkan ketidak stabilan besarnya bunga api pada busi. Kotoran akan menyebabkan besarnya
tahanan yang terjadi, sehingga
akan menyebabkan bervariasinya besarnya arus yang
mengalir. Arus yang mengalir saat platina me- nutup adalah arus dari battery melalui lilitan primer
coil. Arus ini berfungsi untuk menimbulkan
arus induksi pertama sebesar 400 v, yang akan ditampung
oleh kondensator. Sehingga apabila tahanan pada kontak plitina bervariasi, maka arus induksi yang
dihasilkan akan bervariasi pula.
Tahanan pada kontak platina semakin besar, arus induksi yang dihasilkan akan berbanding terbalik yaitu
mengecil, sehingga bunga api
listrik pada busi semakin kecil. Kondisi tahanan kontak platina ini, menimbulkan kepincangan yang variasinya
sulit dilacak. Kadang terjadi
sering kadang jarang. Dan sulitnya lagi gejalanya dapat berubah dari silinder satu ke silinder yang
lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar